Pilihhiro.com – Calon wakil wali kota Medan, H. Akhmad Yasyir Ridho Loebis, SH, ST, MSP, berbagi pandangan mendalam tentang perjalanan politiknya dan ambisi besar yang ingin ia capai sebelum pensiun dari dunia politik. Yasyir mengungkapkan keinginannya untuk melahirkan “anak ideologis” yang kelak akan memimpin Partai Golkar dan menjadi pejabat publik yang berdedikasi. Ia menekankan bahwa ia tidak berencana membawa anak-anak kandungnya masuk ke dunia politik seperti dirinya.
Dari KNPI hingga DPRD: Perjalanan Panjang Yasyir Ridho
Yasyir menjelaskan bagaimana karier politiknya dimulai dari bawah. Dia aktif di KNPI Sumut selama bertahun-tahun dan memegang posisi sebagai Ketua KNPI Sumut terlama, menjabat dari 2008 hingga 2015. Perjalanan ini tidak diraihnya dengan instan, ia memulai sebagai anggota biro, naik menjadi wakil sekretaris, wakil ketua, hingga akhirnya menjadi Ketua KNPI Sumut. Pengalaman di organisasi inilah yang menjadi modal besar baginya untuk terjun ke dunia politik.
“Akademik saya bergelar SH dan ST adalah bagian dari literasi saya. Itu adalah bukti bahwa saya punya kapasitas intelektual yang memadai. Saya kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana untuk terus menambah kemampuan saya,” kata Yasyir.
Meskipun ditawari untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang doktoral, Yasyir menolak tawaran itu dengan alasan bahwa ia khawatir tidak mampu menjadi contoh bagi anak-anaknya. “Saya takut gagal sebagai orang tua jika anak-anak saya tidak bisa melebihi capaian saya. Keberhasilan saya sebagai orang tua adalah ketika anak-anak saya bisa lebih baik dari saya,” jelasnya.
Melahirkan Kader Idiologis
Yasyir mengungkapkan cita-cita politiknya yang unik. Ia ingin melahirkan kader-kader ideologis yang dapat meneruskan perjuangan politiknya di Partai Golkar. Baginya, anak-anak kandungnya tidak harus terjun ke dunia politik. “Politik ini bukan untuk mereka. Saya ingin melahirkan anak-anak ideologis, bukan biologis. Bukan harus anak saya yang menjadi anggota DPRD Sumut, mungkin anak orang lain, tapi dengan pemikiran saya,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya mendidik kader-kader yang memiliki potensi nyata, bukan hanya karena hubungan darah atau kedekatan keluarga. “Saya tidak pernah memanfaatkan kekuasaan untuk mendudukkan keluarga saya di partai. Di KNPI Sumut, selama tujuh tahun saya menjabat sebagai ketua, tidak ada marga Lubis yang saya tempatkan di posisi penting. Ini soal potensi, bukan soal keluarga,” ujarnya.
Pengalaman di Dunia Politik
Selama karier politiknya, Yasyir sudah mengalami naik-turun dalam Partai Golkar. Dia pernah memimpin Fraksi Golkar dan menjadi pimpinan DPRD Sumut. Ketika ditanya apakah pernah ditawari untuk pindah ke partai lain, Yasyir mengakui bahwa tawaran seperti itu pernah ada. Namun, ia menolak karena merasa kesetiaan kepada partai lebih penting.
“Ditawari pindah itu biasa, tapi saya lebih memilih setia. Saya dilahirkan, tumbuh, besar, dan Insya Allah akan meninggal di Medan. Saya hidup dan berjuang bersama Partai Golkar, dari dulu hingga sekarang. Karakter dan perilaku saya juga Golkar,” jelasnya.
Menurut Yasyir, kesetiaan pada Partai Golkar bukan semata karena fanatisme yang tidak rasional, tetapi karena ia memahami dengan baik bagaimana Golkar berjuang untuk kesejahteraan rakyat.
Misi Politik Sebelum Pensiun
Menjelang masa pensiunnya dari dunia politik, Yasyir Ridho mengungkapkan satu mimpi besar: melahirkan kader-kader ideologis yang dapat melanjutkan perjuangan politiknya. Ia tidak ingin memaksakan anak-anaknya untuk terjun ke dunia politik, tetapi lebih memilih membentuk kader-kader dari luar keluarga yang memiliki potensi dan visi yang sejalan.
“Saya ini anak ideologis orang lain, bukan hasil dari nepotisme keluarga. Saya didukung oleh senior-senior saya di partai, bukan karena warisan keluarga. Ini yang ingin saya teruskan, melahirkan anak-anak ideologis yang bisa memimpin Partai Golkar dan memajukan masyarakat Sumut,” pungkas Yasyir.
Dengan visi yang kuat dan dedikasi yang tinggi terhadap partai, Yasyir Ridho berharap bisa mewariskan semangat kepemimpinan dan integritas kepada generasi penerus yang siap memimpin di masa depan. (*)