Pilihhiro.com – Di tengah sorak-sorai dan riuhnya panggung kampanye akbar, ada satu momen yang terasa begitu sederhana, namun sarat makna. Hidayatullah, calon Wali Kota Medan, mengambil jeda sejenak untuk minum.
Namun, beliau melakukannya dengan cara yang jarang terlihat dalam kesibukan panggung politik: dengan hati-hati, sambil jongkok, sesuai dengan adab Islam yang selalu ia pegang erat.
Momen ini mungkin tampak biasa bagi sebagian orang, tetapi bagi banyak warga yang hadir, cara Buya Hidayatullah menghormati ajaran dan etika agama menjadi cerminan karakter yang tulus.
Di tengah tekanan dan perhatian banyak orang, beliau tetap memilih untuk berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang diyakininya.
Mengambil sikap sederhana seperti ini mengingatkan kita bahwa pemimpin yang sejati adalah mereka yang tidak hanya berbicara, tetapi juga menunjukkan keteladanan melalui tindakan.
Sebagai seorang pemimpin, Hidayatullah telah lama dikenal sebagai sosok yang memperhatikan etika dan menjaga adab dalam setiap interaksinya, baik dengan tim maupun masyarakat.
Keteladanan ini tak terlepas dari prinsip Islam yang ia pelajari sejak kecil, di mana etika, keikhlasan, dan penghormatan terhadap sesama menjadi dasar dari segala tindakan.
Menurut ajaran Islam, adab adalah pondasi bagi akhlak seorang Muslim. Hal-hal kecil, seperti cara makan dan minum, sesungguhnya memiliki nilai-nilai mendalam yang mencerminkan sikap penghormatan dan rendah hati.
“Bagi saya, menampilkan diri dengan adab yang benar adalah cara menunjukkan hormat pada ajaran dan juga pada masyarakat yang kita layani,” ujarnya di sela acara. “Seorang pemimpin tak hanya bicara soal kekuatan, tapi bagaimana ia bisa menjadi contoh dalam hal-hal yang sederhana sekalipun.”
Kebiasaan Haji Hidayatullah untuk senantiasa memperhatikan tata cara dan adab kecil seperti ini juga merupakan pelajaran penting bagi para pendukungnya.
Dalam masyarakat modern yang sering terfokus pada hal-hal besar dan gemerlap, sikap sederhana ini mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai dasar yang tak boleh dilupakan.
Etika kecil yang ditunjukkan dalam momen itu seakan memperkuat pesan bahwa perubahan besar dimulai dari menjaga adab dalam keseharian.
Tindakan beliau seolah ingin menyampaikan bahwa nilai seorang pemimpin tidak hanya diukur dari keberaniannya berbicara di podium, namun juga dari kehalusan sikap dan perhatiannya pada tata krama.
Dan momen ini, sederhana namun berkesan, menjadi bukti bahwa Buya Hidayatullah bukan hanya datang membawa program, tapi juga teladan dan karakter yang patut dihormati. (*)